Rabu, 04 Juni 2008

PENDIDIKAN DI INDONESIA

Permasalahan Pendidikan Indonesia Perlu Dipetakan Kembali
Jakarta, Kompas - Di tengah benang kusut permasalahan pendidikan di Indonesia, pemetaan kembali dirasa perlu. Pemetaan tersebut dapat menjadi bekal bagi pemimpin mendatang untuk pengembangan pendidikan nasional.
Demikian antara lain terungkap dalam Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Menyongsong Masa Depan, Rabu (13/10). Acara itu diadakan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Prof Dr HAR Tilaar berpendapat, ada delapan masalah pendidikan yang harus menjadi perhatian. Kedelapan masalah itu menyangkut kebijakan pendidikan, perkembangan anak Indonesia, guru, relevansi pendidikan, mutu pendidikan, pemerataan, manajemen pendidikan, dan pembiayaan pendidikan.
Permasalahan tersebut sebetulnya sudah teridentifikasi dalam skala berbeda dalam Penelitian Nasional Pendidikan (PNP) pada tahun 1969 saat sekitar 100 pakar pendidikan dari seluruh Indonesia berkumpul di Cipayung. Namun, setelah lebih dari 30 tahun berlalu, perubahan belum banyak.
Dia mencontohkan mengenai perkembangan anak sebagai salah satu titik sentral dari proses pendidikan anak. Pengetahuan tentang perkembangan anak Indonesia nihil. Hampir tidak ada penelitian pengembangan tentang anak Indonesia secara psikologi, antropologi, filsafat dan pedagogik.
Demikian pula terkait dengan kebijakan. Masyarakat mempunyai persepsi negatif terhadap pendidikan di Indonesia dengan pemeo "ganti menteri ganti kebijakan".
"Banyak kebijakan berganti tanpa dievaluasi sebelumnya. Dulu ada sistem cara belajar siswa aktif (CBSA), link and match, di masa reformasi muncul konsep setengah matang seperti munculnya Kurikulum Berbasis Kompetensi, manajemen berbasis sekolah, lifeskill, komite sekolah dan dewan pendidikan yang membingungkan," katanya.
Pengamat pendidikan Prof Dr Winarno Surakhmad mengatakan, mengurai benang kusut pendidikan perlu dimulai dari memahami falsafah pendidikan. Falsafah pendidikan itu yang nantinya menjadi dasar sehingga tidak masalah dengan pergantian kepemimpinan atau kebijakan.
"Hal mendasar yang dilupakan adalah pendidikan itu memanusiakan manusia dan belajar untuk hidup. Ini yang tidak disadari oleh kebanyakan guru," kata Winarno. (ine)

ARTIKEL PENDIDIKAN

Mempertanyakan Definisi Pandai : Sebuah Instropeksi Bagi Guru
Februari 24, 2008.Artikel Pendidikan 2 comments
Seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang unas selalu ada fenomena yang sama, para orangtua yang punya anak kelas 3 SMP dan SMA/SMK, serta sekarang ditambah lagi kelas 6 SD, kalang kabut. Mereka cemas kalau anaknya tidak bisa lulus unas atau lulus dengan nilai yang tidak memadai sehingga setelah lulus akan kesulitan memasuki sekolah-sekolah lanjutan yang dianggap favorit. Kecemasan ini terutama sangat dirasakan oleh orangtua yang tingkat ekonominya pas-pasan. Orangtua dengan status ekonomi tinggi tidak terlalu mengalami kecemasan karena mereka bias memberi pelajaran tambahan buat anak-anaknya melalui berbagai lembaga bimbingan yang sangat diuntungkan oleh program pemerintah yang bernama unas ini. Read the rest of this entry »
POLITIK ETIS, Kata-kata Indah Ratapan Harimau
Desember 18, 2007 in Artikel Pendidikan 1 comment
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. didalam Kata Pengantar bukunya, “Sejarah Pendidikan Indonesia” mengatakan, “Pendidikan tidak berdiri sendiri akan tetapi senantiasa dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi, cultural. Sering pendidikan dipandang sebagai alat politik untuk mengatur dan menguasai perkembangan suatu bangsa, walaupun politik sendiri tidak lepas dari pengaruh sosial, ekonomi dan budaya”.
Titik yang paling penting didalam perjalan sejarah pendidikan Indonesia adalah pada saat munculnya ide Politik Etis. Latar belakang Politik Etis dimulai setelah terjadinya kesulitan keuangan pemerintah Belanda akibat perang Diponegoro (1825-1830) dan perang antara Belanda dengan Belgia (1830-1839). Kesulitan keuangan ini menyebabkan raja Belanda menerima rencana yang dajukan oleh Van Den Bosch dimana pekerjaan budak menjadi dasar eksploitasi colonial. Ia membawa ide penggunaan kerja paksa sebagai cara yang paling ampuh untuk memperoleh keuntungan maksimal, yang kemudian dikenal sebagai cultuurstelsel atau Tanam Paksa yang memaksa penduduk Jawa untuk menghasilkan tanaman untuk pasaran Eropa.
Read the rest of this entry »
Belajar Kesalehan Sosial Dari Sekolah “nDeso”
Oktober 9, 2007 in Artikel Pendidikan No comments
Sore itu, masyarakat desa Klojen, sebuah desa terpencil yang kebanyakan penduduknya tergolong miskin di Kabupaten Pasuruan dibuat geger, terutama yang memiliki anak yang bersekolah di salah satu SDN di desa tersebut. Pasalnya, kepala sekolah menginstruksikan kepada semua murid agar setiap hari jum’at membawa beras segenggam untuk dikumpulkan di sekolah. Masyarakat pada bertanya-tanya, buat apa beras itu ? Apa mau dibagi untuk para guru ? Ataukah sekolah itu mau jadi agen beras ? Dan segudang tanya pun menyeruak di tengah masyarakat.Selain karena yang diminta nyeleneh ( beras ), yang membuat masyarakat penasaran adalah karena sekolah tersebut selama ini tidak pernah membuat kebijakan untuk menarik dana masyarakat, selain untuk membeli buku tentunya. Di saat sekolah-sekolah lain sibuk mencari-cari alasan yang “maton” untuk menarik dana masyarakat sebanyak-banyaknya, sekolah tersebut justru menolak dana masyarakat. Read the rest of this entry »
Mengapa Harus Konstruktivistik ?
Juli 19, 2007 in Artikel Pendidikan 1 comment
Eksistensi dan daya survival suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia ( SDM ) yang dimiliki bangsa tersebut. Semakin tinggi kualitas SDM sebuah bangsa,makin eksis bangsa tersebut. Sebaliknya,semabkin rendah kualitas SDM sebuah bangsa, pertanda semakin bergantungnya bangsa tersebut kepada bangsa lain.Jacques Attali, seorang penulis berkebangsaan Perancis, pada tahun 1991 menulis buku Millenium : Winners and Lossers in the Coming World Order. Menurut Attali, memasuki millennium ketiga, manusia tersegmentasi menjadi dua kelompok besar, yakni kelompok pemenang ( the winners ) dan kelompok pecundang ( the Lossers ). The Winners adalah mereka yang terdidik ( educated ), otonom secara pribadi, berketrampilan, berdaya adaptibilitas tinggi, memiliki kemampuan ekonomi kuat, dan menguasai multiakses. Adapun the Lossers ditandai dengan kemampuan ekonomi rendah, berpendidikan rendah, tidak dimiliki ketrampilan professional yang memadai, akses informasi terbatas, underestimate, daya adaptasi rendah, gizi dan kesehatan yang memprihatinkan, dan tempat bermukim yang seadanya.Di penghujung tahun 1990-an, masih menurut Attali, mereka yang masuk kelompok pecundang ini diperkirakan miliaran jumlahnya, dan bermukim di luar kawasan Pasifik dan Eropa. Kelompok ini berjalan tergagap-gagap memasuki era pasar bebas. Mereka ini akan menjadi makanan empuk kelompok-kelompok pemenang. Di depan pelupuk mata, saat ini kita bisa melihat bagiamana negara-negara dunia ketiga telah “dibantai” dengan ganas oleh negara-negara maju dalam kancah pasar bebas. Di kancah ini, Negara-negara dunia ketiga bak kerbau dicocok hidungnya dituntun oleh bangsa-bangsa maju ke sumur yang akan membunuh mereka. Read the rest of this entry »
Rekonstruksi Peranan Pengajar Dalam Pembelajaran
Juni 18, 2007 in Artikel Pendidikan 5 comments
Sering sekali kita mendengar tentang rendahnya mutu lulusan sekolah kita, mulai dari lulusan sekolah dasar sampai lulusan perguruan tinggi. Mutu lulusan kita bahkan kalah dengan mutu lulusan sekolah di negara-negara yang yang relatif baru merdeka, misalnya Thailand dan Vietnam. Dengan kasat mata, kita juga bisa mengamati kebanyakan anak-anak muda yang bermental lemah. Dalam arti, dalam mengerjakan segala sesuatu mereka lebih suka mengambil jalan pintas atau cara instant. Konsekuensi logis dari kecenderungan ini adalah mengabaikan kualitas dan hasil pekerjaan , tidak kreatif, tidak memiliki mental kompetitif, kurang berani menghadapi tantangan, kurang disiplin, dan lain sebagainya.Disinyalir hal ini diakibatkan oleh kesalahan pendidikan kita, selain oleh terpaan budaya global tentunya. Tulisan ini akan lebih memfokuskan pada faktor-faktor yang ada dalam dunia pendidikan.Ditinjau dari sisi bidang pendidikan, secara garis besar, faktor-faktor itu bisa diklasifikasikan menjadi dua sisi, yakni sisi kurikulum dan sisi metode pembelajaran. Sesuai dengan judul tulisan ini, maka sisi kedua yang akan menjadi perhatian tulisan ini.Dengan pemilahan seperti itu, menjadi jelasah fokus bahasan kita : “Benarkah model pembelajaran yang kita kembangkan selama ini mengakibatkan murid-murid kita bermutu rendah dari sisi pengetahuan dan bermental lemah dari sisi keprabadian?”A. Mengubah Paradigma Mengajar Read the rest of this entry »
MENELUSURI HAKIKAT AKADEMIK
Juni 16, 2007 in Artikel Pendidikan No comments
Ditinjau dari bentuknya, terdapat beberapa macam perguruan tinggi. Upamanya universitas, institut, akademi, atau politehnik. Dalam bahasa sehari-hari berbagai macam bentuk perguruan tinggi tersebut dinamakan kampus.Dengan demikian kampus merupakan sebuah lingkungan masyarakat atau komunitas yang relatif berbeda dengan lingkungan masyarakat umum. Warga kampus disebut masyarakat akademik. Suasana, aturan, dan nilai-nilai yang dikembangkan di kampus jiuga berbeda dengan suasana, aturan, dan nilai-nilai yang ada di masyarakat secara umum. Semua itu memiliki karakteristik akademik.Dengan demikian, kata ‘akademik’ merupakan keyword bagi setiap orang yang ingin memahami tentang perguruan atau kampus. Segala pembahasan dan permasalahan yang menyangkut dunia perguruan tinggi harus dikembalikan kepada hakikatnya sebagai lembaga akademik, bermasyarakat akademik, dan bersuasana akademik.Yang menjadi persoalan sekarang adalah apa sebenarnya hakikat makna dari kata akademik tersebut ? Konon, kata akademik berasal dari bahasa Yunani, yakni “academos”. Academos ini merupakan nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang Troya yang legendaris itu. Untuk mengabadikan nama sang pahlawan, nama tersebut kemudian diambil sebagai nama sebuah taman umum ( plaza ) di sebelah barat laut kota Athena.Di plaza inilah Socrates biasa berpidato dan membuka perdebatan mengenai segala macam persoalan. Demikian pula dengan Plato. Plato menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk berdialog dan mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang-orang yang datang. Seiring dengan perkembangan waktu, lama-lama Academic menjadi semacam tempat “perguruan” . Para pengikut perguruan ini disebut “acadeist”, sedangkan perguruan semacam ini disebut “academia”. Read the rest of this entry »
Pendidikan Yang Epistemologis
Juni 8, 2007 in Artikel Pendidikan 3 comments
A. PENDAHULUAN
Usia pendidikan sama tuanya dengan usia kebudayaan manusia. Pendidikan telah mulai dilaksanakan semenjak manusia hadir di muka bumi. Pada mulanya, tujuan pendidikan hanyalah sekadar mempersiapkan generasi muda untuk bisa survive di tengah masyarakat luas. Karena itu, bentuknya adalah berupa mewariskan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan yang diperlukan untuk survival kepada generasi berikutnya. Masa ini, peran pendidik dilaksanakan sendiri oleh orangtua.Kemudian, peradaban umat manusia terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Sejalan dengan itu, mau tidak mau pendidikan mesti mengikuti arus tersebut. Dan ia pun mengalami penyempurnaan-penyempurnaan, baik isi, bentuk, maupun pelembagaan penyelenggaraannya.Kalau pada mulanya pendidikan dilakukan sendiri oleh para orangtua dengan cara yang tidak sistematis, maka seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, pola pendidikan mengalami pergeseran. Pola pendidikan mulai disistematisasikan, dalam bentuk magang atau nyantrik. Pada saat itu, paradigma pendidikan mulai mengalami pergeseran. Yang sebelumnya berada di tangan orangtua, kini mulai diserahkan kepada orang lain yang dianggap lebih memiliki kompetensi. Tapi,pola pendidikan ini masih bersifat individual.Namun, karena bertambahnya jumlah penduduk dan semakin beraneka-ragamnya macam pekerjaan, bentuk magang itu pun dirasa kurang memadai. Maka, kemudian muncullah kelembagaan yang sekarang dikenal dengan nama sekolah, yang salah satu karakteristiknya adalah dilakukan dengan sistem klassikal.Jika disimak, misi pendidikan pada masa-masa awal adalah mempersiapkan generasi muda untuk dapat hidup di masyarakat sesuai dengan pengetahuan, nilai, tradisi, maupun budaya yang berlaku saat itu. Hal ini mengandaikan bahwa pengetahuan, nilai, tradisi, maupun budaya tersebut merupakan sesuatu yang relatif statis. Pendidikan dianggap berhasil bilamana individu-individu memiliki seperangkat pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai yang sesuai dengan yang berlaku di masyarakat.pada masa itu. Dalam konteks demikian, pendidikan dipahami sebagai memberi bekal wawasan, pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang berguna bagi individu untuk hidup di tengah masyarakat. Karakteristik dari pola ini, subjek didik diasumsikan sebagai sesuatu yang pasif. Pendidik, yang diasumsikan sebagai “maha tahu” segala hal, mentransfer pengetahuannya tersebut kepada peserta didiknya. Peserta didik ini “wajib” menerimanya tanpa punya daya apa-apa.Faham demikian sempat sangat dominan, sehingga sisa-sisanya masih terasa hingga detik ini. Akibatnya, setiap pembaharuan di bidang pendidikan hanya diartikan sebgai pembaharuan isi kurikulum : dikurangi, diganti, diubah urutannya, atau ditambah. Dan fenomena terakhir merupakan yang paling sering terjadi, sehingga peserta didik nyaris tak kuasa lagi memikul beban yang terus menggunung tersebut. Perbaikan sistem penyampaiannya pun baru sebatas pada upaya peningkatan tehnologi. Yang justru sangat esensial nyaris tak terusik, yakni visi dan ciri hakiki hubungan pendidik-terdidik yang dikehendaki di dalam proses pendidikan. Akibatnya, meski barangkali out put-nya laku di pasar kerja, namun pendidikan ini tidak mampu melaksanakan fungsinya sebagai pusat pendidikan, yang salah satunya adalah mengembangkan segenap potensi peserta didik.
B. Tantangan Masa Depan Read the rest of this entry »
Tulisan Terakhir
Guru Kriminal ?
Memahami Strategi Berpikir
Syukur PLN tidak ‘Nggebyah Uyah’
Bangsa Yang Terlalu Cepat Ingin Bahagia
Mentalitas Yang Merusak Jiwa Wiraswasta
Halaman
About
KASUS IPDN : KESALAHAN MEMAKNAI HAKIKAT PENDIDIKAN
MEMPERSIAPKAN INSAN PEMBELAJAR
Arsip
Mei 2008 (1)
April 2008 (2)
Maret 2008 (4)
Februari 2008 (2)
Januari 2008 (3)
Desember 2007 (1)
Oktober 2007 (1)
September 2007 (4)
Agustus 2007 (2)
Juli 2007 (6)
Juni 2007 (14)
8705
Komentar Mas Guru
Lisahamid
Om Chichin
Blogroll
afsyuhud.blogspot.com
herianto.wordpress.com
WordPress.com
Tag
Kategori
Artikel Pendidikan
Enterpreunership
My Opinion
Psikologi
Public
Renungan Pulau Kelapa
Komentar Terakhir
satochid pada Di Balik Mahalnya Harga Obat
Rohadi Wicaksono pada Pengertian Wiraswasta
Anonymous pada Pengertian Wiraswasta
Paradigma Sekolahan « Ah… Chew! pada POLITIK ETIS, Kata-kata Indah Ratapan Harimau
walid pada PLN = PABRIK LISTRIK NENEK MOYANG
Tulisan Teratas
RUWETNYA MERUMUSKAN KODE ETIK PROFESI GURU
Pengarang
Rohadi Wicaksono
Blog Stats
19,950 hits

Lintas Berita-Berita Baru
Powered by Lintas Berita